oleh: Muhtar Habibi
Pendahuluan
‘Pembangunan’ adalah ide yang paling sering dibicarakan dalam upaya mengatasi ‘keterbelakangan’ di Dunia Ketiga. Sejak masa pasca Pencerahan Eropa hingga era pasca Perang Dunia Kedua (PD II), pembangunan diklaim untuk membantu membebaskan manusia di belahan dunia lain dari belenggu ketidakdewasaan dan irasionalitas mereka. ‘Tanggungjawab’ untuk mendewasakan manusia di wilayah luar Eropa (Dunia Ketiga) menjadi legitimasi jaman kolonisasi. Sementara pasca PD II, ‘tanggungjawab’ tersebut diberi label yang lebih spesifik: ‘pembangunan’, yang beroperasi dengan berbagai institusi penopangnya. Pembangunan menjadi sejenis panacea bagi seluruh masalah di Dunia Ketiga. Bahkan pembangunan sudah menjadi semacam ideologi tersendiri (Easterly, 2007). Easterly menyatakan:
“Like all ideologies, development promises a comprehensive final answer to all of society’s problem, from poverty to illiteracy to violence and despotic rulers. It shares the common ideological characteristic of suggesting there is only one correct answer, and it tolerates little discent” (2007: 31).